Membangun
Konsep Diri
Sejatinya seorang
muslim ibarat pohon yang berakar kuat menghujam bumi, batangnya kokoh, dahannya
menjulang ke langit, dan buahnya banyak serta berkualitas baik. Ketiganya
saling terkait. Akar yang kuat, menopang batang yang kokoh sehingga dahannya
bisa panjang dan menjulang kemudian ketika berbuah pohonnya tetap kokoh, tidak
roboh meskipun digantungi buah yang banyak. Buahnya pun manis-manis,
berkualitas baik. Inilah gambaran muslim yang sukses, ketika dia menghasilkan
buah yang berkualitas baik, dalam jumlah yang banyak pula. Dalam bahasa
rasulullah Muhammad SAW disebut sebagai orang yang terbaik, yaitu yang paling
bermanfaat bagi orang lain.
Dalam bukunya, Steven
Covey mengistilahkan kesuksesan ini dengan pribadi efektif, pribadi yang dapat
mencapai tujuan. Sementara Anis Matta menggambarkan orang sukses sebagai orang
yang berkontribusi banyak sesuai keahliannya.
Dilihat dari kacamata
manajemen diri, akar pohon adalah konsep diri. Batang adalah kepribadian dan
perilaku, sementara buah adalah amal.
Untuk menjadi muslim
sejati atau yang digambarkan sebagai pohon yang berakar kuat, berbatang kokoh,
dan berbuah banyak tadi, setidaknya ada tiga hal yang perlu kita lakukan :
1. Mengetahui model
manusia muslim yang ideal
2. Mengetahui diri
kita dengan baik
3. Mengadaptasikan
model ideal kepada diri kita.
Langkah pertama yaitu
kita coba ketahui bagaimana Model Manusia Muslim yang Ideal.
Setidaknya, ada
sepuluh karekter manusia muslim yang ideal:
1. Beraqidah lurus,
sesuai dengan apa yang dibawa oleh Rasulullah dalam Al qur`an dan sunah.
Menjauhi syirik, tahayul, sihir, jampi yang sesat.
2. Beribadah secara
benar, sesuai dengan apa yang dicontohkan Rasulullah Muhammad SAW serta
menjauhi bid`ah
3. Berakhlaq baik
4. Berbadan sehat dan
kuat
5. Berwawasan luas,
intelek, dan cerdas
6. Berjuang melawan
hawa nafsu dan menggiring hawa nafsunya sesuai ajaran Islam
7. Pandai mengatur
waktu
8. Profesional dalam
mengerjakan tugas-tugasnya.
9. Memiliki kemampuan
untuk mandiri dan kuat secara ekonomi, dapat membiayai diri dan orang-orang
yang menjadi tanggungannya, juga menunaikan hak ekonomi dalam agama (zakat,
infaq, sedekah)
10. Bermanfaat bagi
orang lain, sesuai hadits Rasulullah,- Diriwayatkan dari Jabir, Rasulullah saw
bersabda, “Orang beriman itu bersikap ramah dan tidak ada kebaikan bagi seorang
yang tidak bersikap ramah. Dan sebaik-baik manusia adalah orang yang paling
bermanfaat bagi manusia.” (HR. Thabrani dan Daruquthni).
Langkah yang kedua,
yaitu mengetahui diri kita dengan baik atau memiliki konsep diri.
Konsep diri adalah
cara pandang seseorang terhadap dirinya, juga nilai-nilai yang dianutnya. Visi,
misi, cita-cita, sifat (kekuatan dan kelemahan), merupakan bagian dari konsep
diri. Membangun konsep diri membantu kita merencanakan kesuksesan ke depan.
Bahkan salah satu ekspresi yang kuat dari bertakwa adalah merencanakan
pengembangan diri kita.
“Hai orang-orang yang
beriman, bertakwalah kepada Allah dan hendaklah setiap diri memperhatikan apa
yang telah diperbuatnya untuk hari esok (akhirat), dan bertakwalah kepadaAllah,
sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan” (QS. Al Hasyr : 18)
Visi dan misi
Sederhananya, visi
adalah tujuan atau sasaran yang ingin dicapai sementara misi adalah cara untuk
mencapai visi itu sendiri. Visi adalah jawaban atas pertanyaan `What` sementara
misi adalah jawaban dari pertanyaan `Why` dan `How`. Tentu saja konsep hidup
kita sangat berpengaruh dalam penentuan visi dan misi. Sebagai muslim yang
mengimani kehidupan abadi setelah mati, tentu saja visi dan misi akan jauh
lebih panjang melibatkan akhirat, daripada mereka yang berorientasi dunia
semata.
“Dan carilah pada apa
yang telah dianugerahkan Allah kepadamu (kebahagiaan) negeri akhirat, dan janganlah kamu melupakan bahagianmu
dari (keni’matan) duniawi dan berbuat baiklah (kepada
orang lain) sebagaimana Allah telah berbuat
baik kepadamu, dan janganlah kamu berbuat kerusakan di (muka) bumi. Sesungguhnya Allah tidak
menyukai orang-orang yang berbuat kerusakan.” (Al-Qashas:77).
Cita –cita dan Target
Cita-cita lebih
berorientasi pada kesuksesan hidup di dunia, tetapi tetap dalam bingkai visi
dan misi. Cita-cita melibatkan unsur profesi, kemampuan, dan kondisi luar yang
mendukung. Cita-cita berjangka lebih pendek dari visi. Sementara target adalah
hal yang ingin dicapai dalam jangka waktu tertentu. Target juga merupakan
tahapan dalam mencapai cita-cita. Untuk mempermudah, target disusun dengan
batasan waktu. Misalnya target 20 tahun ke depan, target 10 tahun,
target 5
tahun, dan target tahunan. Cita-cita dan target merupakan rencana dari
kontribusi kita.
Analisa Kekuatan,
Kelemahan, Peluang, dan Tantangan diri
Menganalisa kekuatan,
kelemahan, peluang dan tantangan diri akan memudahkan kita menyusun rencana
hidup. Nilailah diri kita baik dari sisi positif maupun negatifnya. Gali segala
potensi-potensi yang dimiliki baik yang berskala besar maupun yang kecil.
Bakat, minat, keterampilan dan hal-hal positif lainnya perlu diinventarisir
dengan lengkap. Lihatlah dan amati dengan seksama segala kelebihan spesifik
yang dimiliki dibandingkan orang lain. Jangan ragu dan malu untuk mengungkapkan
kehebatan kita serta mencatatnya.
Begitu pula kelemahan
dan kekurangan yang ada dalam diri kita. Inventarisir semua yang ada baik dengan
yang telah menjadi karakter maupun yang akan menimbulkan potensi-potensi
negatif kedepannya. Inventaris sisi positif dan negatif diri kita ini juga bisa
dilakukan dari sisi orang lain, dengan meminta pendapat atau masukan dari
orang-orang di sekitar kita.
Namun, jangan terlalu
bangga dengan pujian, juga jangan patah semangat oleh kritikan. Ada sebuah doa
yang diajarkan oleh Abu Bakar Assidiq ra. : `Ya Allah ampunilah aku atas apa
yang mereka tidak ketahui tentang aku, dan jadikanlah aku lebih baik dari apa
yang mereka duga`.
Langkah ketiga, yaitu
mengadaptasikan model manusia ideal kepada diri kita.
Selain melihat 10
kriteria di atas, kita perlu menggali ilmu lebih dalam tentang Rasulullah.
Membaca dan mempelajari siroh nabi dan para sahabat. Mereka lah manusia
pilihan, role model kita. Selanjutnya, terbukalah terhadap masukan yang bisa
meningkatkan kualitas diri kita.
Sebagai contoh, `7
Habits of Highly Effective Peolple` yang diambil dari buku Steven Covey, akan
memberi pencerahan dalam peningkatan kualitas diri ini. Secara ringkas, tujuh
kebiasaan itu adalah :
1. Bersikap proaktif,
yang artinya memiliki kebebasan untuk menentukan pilihan sesuai prinsip yang
kita anut, menjadi daya dorong kreatif bagi diri sendiri, dan bertanggungjawab
atas setiap perilaku kita.
2. Merujuk
pada tujuan akhir, atau visi dan misi.
3. Mendahulukan yang
utama, memiliki skala prioritas dalam berbagai hal
4. Berfikir
menang-menang (win-win solution), bersikap adil
5. Berusaha memahami
terlebih dahulu, baru dipahami orang lain. Berkomunikasi secara efektif.
6. Mewujudkan
sinergisitas, mengatasi masalah dengan meminimalisir perbedaan dan
memanfaatkan peluang agar hasilnya sinergi. Hasil yang sinergi berarti bukan
hanya menguntungkan kedua belah
pihak tapi juga memberikan hal yang lebih (1+1 bukan hanya =2, tapi bisa jadi
3, 4, bahkan 5 dst).
7. Mengasah gergaji,
yaitu memperbaharui diri terus menerus, terutama dalam 4 hal :
fisik, emosional / sosial, mental, dan rohani.
Menyeimbangkan Peran
Masih dalam langkah
ketiga, setelah memilki visi, misi, cita-cita, target ke depan, dan menganalisa
diri, coba seimbangkan dengan peran kita miliki. Buatlah list yang berisi peran
apa saja yang sedang kita mainkan. Kemudian peran apa yang kita idamkan,
masing-masing peran tadi disusun lagi targetnya. Berdasarkan waktu lebih baik.
Buat turunannya supaya langkah-langkahnya bisa direalisasikan. Jangan lupa
pertimbangkan kondisi dan lingkungan, supaya rencana kita tidak
mengawang-awang. Semoga setiap peran tadi akan berbuah manis, bermanfaat buat
sesama.
Sumber
1. Anis Matta Lc, Model Manusia
Muslim Abad 21, Al Manar, 2004
2. Covey, Stephen R., ‘ 7 Habits of
Highly Effective People
3. Drucker, Peter F., Management
Challenges for 21st Century, Harper Collins, 1999
4. Satria Hadi Lubis, Kumpulan
Tulisan dan Materi Presentasi
No comments:
Post a Comment